A Flashback

AA Flashback

son-na-eun-jo-malone-3_%e5%89%af%e6%9c%ac

Cast:

Kim Myungsoo

Park Jiyeon

 

“Let the rain wash away all the pain of yesterday.”

.

.

.

“Myungsoo-ah, kenapa kau membenci hujan?” Jiyeon menatapku dengan bertumpu pada kedua tangannya.

Aku dan tetangga baruku, jika masih bisa disebut baru, mengingat kami sudah 6 bulan bertetangga dan kami pun menjadi semakin akrab. Seperti saat ini. Kami menikmati latte di coffee shop di dekat tempatnya mengajar. Hujan turun dengan derasnya. Pada awalnya Jiyeon memaksa untuk pulang, berhujan-hujanan ria. Namun dengan tegas aku menolak. Entahlah. Aku kira kebencianku terhadap hujan mulai menghilang, namun sepertinya belum sepenuhnya menghilang.

Dinginnya hujan menembus dinding kaca tebal di samping kami duduk. Rintik hujannya tercetak jelas disana. Pemandangan diluar pun dapat terlihat dengan jelas. Lalu lintas yang tidak padat, hanya ada beberapa mobil yang berlalu-lalang, tanpa seorang pun yang berjalan. Well, hanya ada beberapa orang. Mereka pun menggunakan perlindungan berupa jas hujan, payung, dan sepatu boot.

“Myungsoo, kau tidak menjawab pertanyaanku.” Jiyeon sedikit kesal karna aku tak kunjung menjawabnya.

Aku menoleh padanya. Ia masih setia menatapku, tak beranjak sedikitpun.

“Aku hanya membencinya, tidak ada alasan khusus.” Jawabku berdusta.

“Oh ayolah, pasti ada cerita dibalik kau yang membenci hujan. Tidak mungkin kau benci begitu saja.” Jiyeon masih memaksaku. Ia memandangku dengan tak percaya.

“Kau benar-kenar ingin tahu?”

“Tentu saja. Ayolah ceritakan padaku.” Ia terlihat antusias. Matanya berbinar, persis seperti anak kecil yang menunggu untuk dibacakan dongeng pengantar tidur.

.

.

.

Flashback

Aku sudah lima tahun menjalin hubungan dengan seorang gadis bernama Son Naeun. Ia gadis yang cantik, sangat cantik. Ia juga manis. Penampilannya selalu feminim, dengan dress pendek atau pun rok pendek. Rambutnya yang panjang selalu tergerai indah melewati punggungnya. Aku mencintainya. Aku jatuh cinta pada sosoknya yang manis dan lemah lembut.

Saat memasuki semester atas di perguruan tinggi, aku memberanikan diri untuk menyatakan cinta padanya. Dan tanpa terkira ia menerimanya dengan hati terbuka. Hubungan kami awalnya berjalan baik. Kami sangat cocok. Hingga tiba saat itu.

Sore itu hujan begitu deras. Aku baru saja pulang dari Jepang, karna urusan kantor. Sebelum pulang aku lebih dulu pergi ke rumah Naeun. Tak seperti biasanya, aku tidak memberitahunya terlebih dahulu. Kupikir, biarlah ini menjadi kejutan untuknya. Dalam taxi yang aku tumpangi, aku terus memandang cincin berlian dalam sebuah kotak hitam berlapis beludru. Cincin itu aku pesan khusus untuk melamar Naeun. Aku kira lima tahun adalah waktu yang cukup lama untuk berpacaran dan sudah saatnya kami menikah.

Sampai di rumah Naeun, aku disambut dengan pemandangan yang sangat mengejutkan. Disana, di halaman rumah yang luas itu ada dua sosok manusia tengah bermain dibawah guyuran hujan. Mereka terlihat sangat bahagia. Sang gadis, yang aku sangat yakin adalah Naeun, tertawa riang dengan kedua tangannya bertautan dengan sang pria yang aku tidak tahu siapa. Tak hanya itu, mereka berciuman. Di bawah hujan, tepat di depan mataku.

Saat itu juga aku turun dari taxi, membiarkan diriku basah oleh air hujan.

“Naeun.”

Naeun terkejut melihat kedatanganku. Tentu saja. Dia mengira aku akan pulanf besok. Diluar dugaannya, aku kembali hari ini dan mendapati dirinya bercumbu dengan laki-laki lain.

“Bisa kau jelaskan semua ini?” nada suaraku sangat dingin. Aku tahu itu. Aku bukanlah orang yang pandai mengontrol emosi. Laki-laki disebelah Naeun pun memandangku dengan bingung.

Oppa, ini… mianhae. Ini Himchan oppa, dia… dia cinta pertamaku dan dia… orang tua kami menjodohkan kami berdua sejak lama.” Naeun menundukan kepalanya tak berani menatapku.

“Jadi ini alasanmu tak mau mengenalkan aku dengan keluargamu? Karna kau sudah dijodohkan?” aku menatap Naeun tajam.

Mianahe oppa…” dia semakin menundukan kepalanya.

“Kenapa kau menerimaku waktu itu?”

“Aku… aku kesepian karna Himchan oppa pergi ke Amerika untuk studinya.” Naeun menggigit bibirnya. Dia benar-benar takut, aku tahu itu. Namun aku sudah terlalu marah untuk menjaga sikap.

“Kau benar-benar cerdik. Memanfaatkan cinta tulus dari orang lain hanya karna kau kesepian. Hebat kau, Son Naeun. Aku tidak mengira kau akan berbuat seperti ini padaku. Aku tidak mengira kau yang selalu sopan, ramah, dan manis tega berbuat seperti ini.”

Naeun menatapku dengan sedih. Aku bisa melihat air matanya jatuh meskipun wajahnya sudah basah oleh air hujan.

“Kau tahu? Aku paling benci dengan seorang penghianat. Dan penghianatan adalah hal yang tidak bisa aku maafkan.” Aku berlalu meninggalkan mereka, meninggalkan rumah Naeun. Tak kuhiraukan Naeun yang terus memanggilku.

Saat itu, bagiku Naeun sudah tidak ada. Perasaanku padanya sudah mati. Tak akan ada tempat lagi untuknya di hatiku.

.

.

.

Flashback off

Jiyeon menatapku tanpa berkedip.

“Jadi itu alasanmu membenci hujan?”

Aku hanya menganggukan kepala. Tak tahu harus berkata apa.

“Aish, itu bukan salah hujan. Itu salah Naeun. Jadi sewajarnya kau membenci Naeun saja, bukan hujan.” Jiyeon mem-pout-kan bibirnya. “Hujan kan sangat menenangkan.”

“Hey kau ini. Aku kan membenci hujan bukan membencimu, kenapa kau yang merajuk?” Jiyeon membuatku geli dengan tingkahnya.

Jiyeon hanya mendengus kesal. Itu malah membuat tawaku meledak.

“Kau tahu? Hujan bisa menyembuhkan luka.” Jiyeon menatapku dengan serius.

“Jangan bercanda.”

“Aku serius Kim Myungsoo.” Dia masih menatapku serius. “Ayo aku tunjukan kepadamu.”

Dia menarik tanganku namun aku masih tak beranjank. Malah menatapnya bingung.

“Kim Myungsoo, ikut aku. Palli.” Dia masih terus menarik-narik tanganku. Akhirnya aku melangkah dan mengikutinya.

Kami keluar dari coffee shop itu. Jiyeon berjalan menembus hujan. Seketika itu juga badannya basah oleh tetesan air hujan yang deras. Aku menatapnya. Sekali lagi terpesona.

Dinginnya air hujan membuatku terkejut. Aku terpesona dengan Jiyeon dan tanpa sadar, ia telah menarikku bersamanya. Berdiri dibawah guyuran hujan.

Jiyeon tersenyum senang. Cantik sekali. Aku hanya berdiri mematung melihatnya. Kemudian Jiyeon mendekat kearahku, dan berbisik tepat di telingaku,

Let the rain wash away all the pain of yesterday, Kim Myungsoo.”

Entah karna air hujan yang dingin atau karna bisikan lembut Jiyeon di telingaku, yang jelas seketika itu juga tubuhku membeku.

9 thoughts on “A Flashback

  1. inanova says:

    Setelah membaca ceritanya dari part awal sampe dg part yg ini.. mulanya ceritanya biasa saja.. tapi setelah terus membaca kelanjutannya isi ceritanya makin menarik.. maaf thor baru kasih coment di part ini

    Like

  2. putri JH says:

    Myung semikan cintamu dengan jiyeon di bawah hujan juga ya!!,, ngomong2 jiyi udah ptus dari tuh ahjussi,, jiyi so free,, ngefeelnya nambah klo lgi bca ff,, hehehe,, fighting!!

    Like

Leave a comment